Seorang pujangga pernah menukil cheritera,
Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa
Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta...
Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara
Jika hari ini seorang ulama yang mulia
Jika hari ini seorang peguam menang bicara
Jika hari ini seorang penulis terkemuka
Jika hari ini siapa sahaja menjadi dewasa;
Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa
Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca.
Kata orang,
Dialah kandil kemerlap pada malam gelita
Diala purnama berkaca dalam cerah cahaya
Dialah dian yang membakar diri
Dialah memberi tanpa meminta balasnya budi
Dialah menghulur tanpa diketahui tangan kirinya
Dialah anak jati yang bersemangat tinggi
Dia, guru itu
Saban hari, kerjanya mengajar tulis, baca, kira
Di situ, anak-anak mengenal erti huruf dan suku kata
Di situ, anak-anak mengerti makna kata dan gunanya
Di situ, anak-anak memahami erti, ilmu itu apa?
Wajah hatinya sebersih wajah nabi.
Hari ini kuajar mengenal huruf agar esok nanti mengenal kata,
Hari ini kau kenal makna esok nanti kau tahu bual bicara,
Hari ini seorang guru mencatat cerita hidupnya dalam diari kecil sahaja
esok nanti catatanya menjadi riwayat seorang Perdana Menteri.
Dialah, guru itu
Dialah yang melukis dengan berus cinta dan kanvas putihnya
Dialah yang mencorak garis, kotak, bulat, bujur dan segala bentuknya
Dialah yang menghias bunga, daun, ranting dan segala bentuk pohonnya
Dialah, guru itu
Hari ini masih mengajar di situ dan saban pagi muridnya memanggilnya, guru
Dialah nanti orang panggil guru meski jalannya bertongkat kayu
Dialah nanti orang panggil guru meski nanti hanya tinggal nisannya yang kaku.
WAN BUANAN WAN HUSSAIN
Inderapura, Kuantan
Mei 2011
Tiada ulasan:
Catat Ulasan